LINK download file ada di paling bawah .
TUGAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM II
Materi
1
IPTEK
DALAM ISLAM
PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS TEKNIK MATEMATIKA DAN IPA
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
2013
1. Pengertian IPTEK
Menurut Iskandar Alisyahbana
(1980) Teknologi telah dikenal manusia sejak jutaan tahun yang lalu karena
dorongan untuk hidup yang lebih nyaman, lebih makmur dan lebih sejahtera.
Istilah “teknologi”
berasal dari “techne “ atau cara dan “logos” atau pengetahuan. Jadi secara
harfiah teknologi dapat diartikan pengetahuan tentang cara. Pengertian
teknologi sendiri menurutnya adalah cara melakukan sesuatu untuk memenuhi
kebutuhan manusia dengan bantuan akal dan alat, sehingga seakan-akan
memperpanjang, memperkuat atau membuat lebih ampuh anggota tubuh, pancaindra
dan otak manusia.
Ilmu
adalah pengetahuan yang sudah diklasifikasi, diorganisasi, disistimisasi, dan diinterpretasi
yang menghasilkan kebenaran objektif, kebenaran yang telah teruji dan dapat diuji ulang secara ilmiah (International
Webster’s Dictionary).
Secara etimologis, kata ilmu
berarti kejelasan, karena itu segala yang terbentuk dari akar
katanya mempunyai ciri kejelasan.
Kata ilmu dengan berbagai bentuknya
terulang sebanyak 854 kali dalam al-Qur’an. Kata in digunakan dalam arti proses pencapaian pengetahuan dan objek pengetahuan (Quraish
Shihab:434). Setiap ilmu dibatasi pada salah satu bidang
kajian. Karena itu seseorang yang memperdalam ilmu-ilmu
tertentu disebut spesialis. Sedangkan dari sudut pandang filsafat,
ilmu lebih khusus dibandingkan dengan pengetahuan.
2. Fungsi
IPTEK
Paradigma Islam ini menyatakan
bahwa Aqidah Islam wajib dijadikan landasan pemikiran (qa’idah fikriyah) bagi
seluruh bangunan ilmu pengetahuan.
Ini bukan berarti menjadi Aqidah
Islam sebagai sumber segala macam ilmu pengetahuan, melainkan menjadi standar
bagi segala ilmu pengetahuan. Maka ilmu pengetahuan yang sesuai dengan Aqidah
Islam dapat diterima dan diamalkan, sedang yang bertentangan dengannya, wajib
ditolak dan tidak boleh diamalkan
Kedua, menjadikan Syariah Islam (yang
lahir dari Aqidah Islam) sebagai standar bagi pemanfaatan iptek dalam kehidupan
sehari-hari. Standar atau kriteria inilah yang seharusnya yang digunakan umat
Islam, bukan standar manfaat (pragmatisme/utilitarianisme) seperti yang ada
sekarang. Standar syariah ini mengatur, bahwa boleh tidaknya pemanfaatan iptek,
didasarkan pada ketentuan halal-haram (hukum-hukum syariah Islam). Umat Islam
boleh memanfaatkan iptek, jika telah dihalalkan oleh Syariah Islam. Sebaliknya
jika suatu aspek iptek telah diharamkan oleh Syariah, maka tidak boleh umat
Islam memanfaatkannya, walau pun ia menghasilkan manfaat sesaat untuk memenuhi
kebutuhan manusia. Pengantar Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
(iptek) di satu sisi memang berdampak positif, yakni dapat memperbaiki kualitas
hidup manusia.
3.
Dampak Positif dan Negatif IPTEK
Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi (iptek) di satu sisi memang berdampak positif, yakni dapat
memperbaiki kualitas hidup manusia. Berbagai sarana modern industri,
komunikasi, dan transportasi, misalnya, terbukti amat bermanfaat. Dengan
ditemukannya mesin jahit, dalam 1 menit bisa dilakukan sekitar 7000 tusukan
jarum jahit. Bandingkan kalau kita menjahit dengan tangan, hanya bisa 23
tusukan per menit . Dulu orang naik haji dengan kapal laut bisa memakan waktu
17-20 hari untuk sampai ke Jeddah. Sekarang dengan naik pesawat terbang, kita
hanya perlu 12 jam saja.
Tapi di sisi
lain, tak jarang iptek berdampak negatif karena merugikan dan membahayakan
kehidupan dan martabat manusia. Bom atom telah menewaskan ratusan ribu manusia
di Hiroshima dan Nagasaki pada tahun 1945. Pada tahun 1995, Bioteknologi dapat
digunakan untuk mengubah mikroorganisme yang sudah berbahaya, menjadi lebih
berbahaya, misalnya mengubah sifat genetik virus influenza hingga mampu
membunuh manusia dalam beberapa menit saja (Bakry, 1996). Lingkungan hidup
seperti laut, atmosfer udara, dan hutan juga tak sedikit mengalami kerusakan
dan pencemaran yang sangat parah dan berbahaya. Beberapa varian tanaman pangan
hasil rekayasa genetika juga diindikasikan berbahaya bagi kesehatan manusia.
Tak sedikit yang memanfaatkan teknologi internet sebagai sarana untuk melakukan
kejahatan dunia maya (cyber crime) dan untuk mengakses pornografi, kekerasan,
dan perjudian.
4. Karakteristik
IPTEK dalam ISLAM
Dalam seminar
tentang “Pengetahuan dan Nilai-Nilai” di Stocholm, 1981, dengan bantuan
International Federation of Institutes of Advance Study (IFIAS), dikemukakan 10
konsep Islam yang diharapkan dapat dipakai dalam meneliti sains modern dalam
rangka membentuk cita-cita Muslim. Kesepuluh konsep ini adalah:
Paradigma Dasar:
1.
tauhid : meyakini hanya ada 1 Tuhan, dan
kebenaran itu dari-Nya.
2.
khalifah : kami berada di bumi sebagai wakil
Allah — segalanya sesuai keinginan-Nya.
3.
ibadah (pemujaan) : keseluruhan hidup manusia
harus selaras dengan ridha Allah, tidak serupa kaum Syu’aib yang memelopori
akar sekularisme: “Apa hubungan sholat dan berat timbangan (dalam dagang)”.
4.
islam : tidak menghentikan pencarian ilmu untuk
hal-hal yang bersifat material, tapi juga metafisme, semisal diuraikan Yusuf
Qardhawi dalam “Sunnah dan Ilmu Pengetahuan”.
Penuntun:
Penuntun:
5.
halal (diizinkan).
6.
adil (keadilan) : semua sains bisa berpijak pada
nilai ini: janganlah kebencian kamu terhadap suatu kaum membuat-mu berlaku
tidak adil. (Q.S. Al-Maidah 5 : 8). Keadilan yang menebarkan rahmatan lil
alamin, termasuk kepada hewan, misalnya: menajamkan pisau sembelihan.
7.
istishlah (kepentingan umum).
Pembatas:
8.
haram (dilarang).
9.
zhulm (melampaui batas).
10.
dziya’ (pemborosan) : “Janganlah boros, meskipun
berwudhu dengan air laut”.
Kesepuluh konsep tersebut harus kita pegang teguh dan wajib kita yakini, agar umat Islam mempunyai karakteristik IPTEKnya sendiri, dan tidak hanya mengikuti apa yang sudah ada, namun juga harus disertai pedoman- pedoman yang bersumber dari ajaran Islam, agar ilmu yang kita dapatkan dari sains modern semakin bermanfaat
Kesepuluh konsep tersebut harus kita pegang teguh dan wajib kita yakini, agar umat Islam mempunyai karakteristik IPTEKnya sendiri, dan tidak hanya mengikuti apa yang sudah ada, namun juga harus disertai pedoman- pedoman yang bersumber dari ajaran Islam, agar ilmu yang kita dapatkan dari sains modern semakin bermanfaat
5.
Perkembangan IPTEK dalam ISLAM
Di masa lalu, para Ilmuwan
Muslim seperti Avecina, Al-Khawarijmi, dan lain-lain adalah
orang-orang terdepan dalam pengembangan Iptek. Banyak peninggalan hasil karya
dari para Ilmuwan Muslim yang sangat mengagumkan. Sekarang, orang-orang Islam meninggalkan
ajaran Agamanya, maka mereka pun menjadi kaum yang tertinggal.
Dunia
Barat mengklaim bahwa kemajuan ilmu pengetahuan yang telah diraih selama
berabad-abad merupakan akibat langsung dari terpisahnya agama dari kehidupan
praktis manusia dengan konsep pemisahan antara gereja dengan negara. Sepanjang
sejarah Eropa, kekuatan gereja telah banyak menindas dan memperlakukan rakyat
dengan semena-mena, sehingga tidak ada sedikit pun kemajuan dalam bidang ilmu
pengetahuan yang berhasil diraih.
Oleh
karena itu, agama dianggap tidak praktis, tidak fleksibel, dan penuh dengan
pertentangan sehingga dipandang sebagai penghambat perkembangan dan kemajuan
manusia. Namun, hal ini berbeda dengan kenyataan yang dialami oleh umat Islam
terdahulu. Sejarah mencatat bahwa mereka telah mengukir zaman keemasannya
dengan terang dan gemilang. Pada abad ke-10, kemajuan sains dan teknologi serta
peradaban telah mencapai puncak kemajuan dan perkembangannya. Pada abad itu
pusatpusat perkembangan sains telah muncul di berbagai tempat.
Ada
tiga tempat yang dapat memicu perkembangan sains yang sangat gemilang, yaitu
Timur Tengah Mesir, Pantai Utara Afrika, dan Andalusia. Saat itu dunia Islam
memiliki gaya hidup khas yang lebih superior daripada dunia Barat. Baghdad, ibu
kota Khilafah Abbasiyah ketika itu merupakan kota terbesar dan merupakan
kosmopolitan yang menjadi perantara antara dunia Mediterania dan Hindu-Cina di
Timur.
Perkembangan ilmu pengetahuan pada masa pemerintahan Islam tersebut antara lain
karena adanya definisi yang jelas tentang ilmu pengetahuan (science). Islam
membedakan dua wilayah bahasan yang berkaitan dengan pengetahuan. Wilayah
pertama berkaitan dengan urusan-urusan kemanusiaan yang mencakup politik,
sosial, ekonomi, hukum, peribadahan, dan lainnya. Wilayah kedua berkaitan
dengan ilmu pengetahuan murni. Pada wilayah pertama, pengetahuan harus
bersumber dari wahyu (kitab suci Allah). Wahyu menyuruh dan memerintahkan
seluruh umat Islam untuk mengembalikan seluruh persoalan hanya kepada Allah
(Al-Quran). Ada pun wilayah kedua bersifat terbuka, yaitu yang berkaitan dengan
ilmu murni (pure science), yang dihasilkan dari hasil olah pemikiran dan
pemahaman manusia terhadap alam semesta. Ilmu pengetahuan ini tidak berkaitan
dengan pandangan hidup seseorang, baik kapitalisme, Budhaisme, Kristianisme,
maupun Islamisme.
Dengan
pembagian dan definisi tersebut, umat Islam pada masa pemerintahannya di masa
silammampu meraih kemajuan dalam semua bidang ilmu pengetahuan yang ada masa
itu, bahkan mampu menjadi pionir dalam mengembangkan ilmu-ilmu pengetahuan yang
baru
6.
IPTEK Dalam Narasi Nash
1. Pengetahuan
astronomi, meteorologi, fisika, kimia, matematika, geologi, geografi, dan
lain-lain: QS. Adz-Adzariyat: 47, Al-Furqan: 61-62, Yasin: 38-40,
Al-Anbiya: 30-33, Ar-Rahman: 33, Al-Waqi’ah: 75-76.
2. Pengetahuan
tentang ilmu biologi, botani, dan ertanian: QS. Al-An’am: 99, Ar-Ra’d: 4,
An-Nahl: 10, Qaf: 9-11, Abbasa: 24-32.
3. Pengetahuan
zoology: QS. An-Nur: 45, Al-Ghasyiyah: 17. dan dunia kedokteran dan lingkungan
hidup: QS. Al-Mu’minun: 12-24, Al-Baqarah: 26.
0 komentar:
Posting Komentar